Senang di Dunia, Senang di Akhirat
Suatu ketika, seorang sufi bernama Ma’ruf al Khurki sedang
duduk-duduk bersama muridnya. Kemudian lewatlah rombongan yang tampaknya sedang
merayakan sesuatu. Mereka memainkan alat-alat musik dan bernyanyi-nyanyi sambil
meminum-minuman keras.
“lihatlah
orang-orang itu,” kata salah seorang muridnya. “mereka berbuat maksiat secara
terang-terangan. Mereka tidak malu kepada Tuhan. Maka apalagi kepada sesama
manusia.”
“doakanlah
mereka agar celaka,” kata si murid kepada Ma’ruf.
Dimana-mana
guru akan selalu lebih bijak daripada murid-muridnya. Ma’ruf al-Khurki kemudian
mengangkat tangannya. Ia berdoa, “Ya Tuhanku! Seperti mereka bisa
bersenang-senang didunia ini, buatlah mereka bisa bersenang-senang diakhirat
nanti.”
“kami
tidak memintamu berdoa seeperti itu,” kata si murid.
Ma’ruf
al-Khurki menjawab, “jika di akhirat kelak mereka bisa bersenang-senang,
artinya Tuhan mengampuni maksiat mereka didunia.”
Ma’ruf
ingin mengajarkan kepada para muridnya bahwa dunia adalah tempat
kemungkinan-kemungkinan. Apa yang tampak buruk tidak selalu berakhir dengan
tetap dalam kondisi buruk. Sebab itu, ia tidak perlu dikutuk. Itulah yang
disebut dengan al-raja’ dalam ilmu tasawuf, yaitu mengharap segala sesuatu
menjadi baik, atau berakhir dengan kebaikan. Orang yang menjaga al-raja’ dalam
dirinya tidak akan pernah merasa puas dengan kebaikan, dan sebab itu ia tidak
mengutuk keburukan, tapi berharap keburukan itu akan menjadi atau berakhir
dengan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar