Halaman

Sabtu, 29 September 2012

Biografi Raden Dewi Sartika


RADEN DEWI SARTIKA

Namalengkap               : Raden Dewi Sartika
Nama panggilan           : Dewi
Tempat / tanggal lahi   : Cicalengka, 14 Desember 1884
Nama ayah                 :Raden Soma Negara
Nama ibu                     : Raden Ayu Permanas
Wafat                           : 11 September 1947

          Ketika Raden Dewi Sartika masih kecil , ayahnya yang jadi patih itu di tangkap, karena menentang pemerintah Hindia Belanda. Oleh pemerintah Hindia Belanda, ayah Raden Dewi Sartika diputuskan untuk di buang ke Ternate. Begitulah pada masa itu, setiap orang yang menentang Pemerintahan Hindia Belandadi tangkap, dan banyak yang dijatuhi hukuman buang. Di kucilkan dari masyarakat. Karma tempat pembuangan itu jauh, maka kedua orang tuanya bersapakat untuk tidak membawanya ke tempat pembuangan di ternate itu. Ia dititipkan kepada pamannya yaitu Patih Aria di Cicalengka.

          Di tempat pembuangan ayah Raden Dewi Sartika jatuh sakit dan meniggal dunia tak lama kemudian. Karena ayah Raden Dewi Sartika sudah meniggal dunia, maka ibunya memutuskan untuk meninggalkan Ternate dan kembali ke kampong halamanya di Cicalengka. Ketika masih di Cicalengka Raden Dewi Sartika senang sekali main sekolah – sekolahan. Ia mengumpulkan teman – teman sebayanya dan ia bertindak sebagai guru. Untuk belajar menulis mereka menggunakan sebagai pengganti buku tulis. Dan menggunakan arang sebagai pengganti pensil.

          Sementara itu, Raden Dewi Sartika yang telah mulai remaja, banyak melihat ketimpangan dalam masyarakat. Terutama tentang anak-anak perempuan yang tidak pernah mengenyam pendidikan, dan di kawinkan dalam usia muda. Nasib kaum wanita itu jadi perhatian Raden Dewi Sartika. Cita-cita dan gagasannya dituangkannya dalam sebuah buku berjudul “De Inlandsche Vrow.” Waktu itu Raden Dewi Sartika baruu berusia 15 tahun. Untuk melaksanakan cita-citanyamengangkat harkat hidup wanita, ia bermaksud mendirikan sekolah khusus untuk anak – anak wanita agar jadi wanita terpelajar. Bisa berdiri sendiri dan tidak menikah dalam usia muda.

          Maksud baiknya itu ia kemukakan kepada ibunya dan beberapa orang lain. Mereka tak keberatan, tetapa tak seorangpun yang mendorongnya dan mencarikan jalan keluar. Raden Dewi Sartika kemudian pindah ke Bandung bersama ibunya. Niatnya untuk mendirikan sekolah, ia kemukakan kepada kakeknya, R.A.A. Martanegara, bupati Bandung. Disamping kakeknya, niat Raden Dewi Sartika itu mendapat dukungan bulat dari Inspektur Kantor Pengajaran, yakni tuan Den Hamer. Raden Dewi Sartika amat gembira karena dukungan kedua orang itu. Maka pada tanggal 16 Juni 1904, berdirilah sekolah yang dicita – citakan Raden Dewi Sartika. Sekolah itu diberi nama sekolah istri – istri.

          Kwtika didirikan, sekolah istri hanya mempunyai 20 orang murid. Sekolah itu amat sederhana tetapi sekolah itu amat penting artinya, dan merupakan peristiwa bersejarah dalam pendidikan di Jawa Barat. Disekolah itu hanya diajarkan membaca, menlis, berhitumg dan agama, tetapi juga diajarkan keterampilan. Karena banyaknya peminat disekolah itu, maka ruangan di kabupaten itu tidak memadai lagi, maka dicari tempat yang cocok yaitu gedung dijalan Ciguriang sekarang jalan Dewi.

          Di usia 22 tahum ia menikah dengan seorang guru bernama Raden Kunduran Suriawinata. Pada tahun 1910 sekolah itu dirubah namanya menjadi sekolah keutamaan istri, pelajarannya pun ditambah dan disempurnakan. Pemerintah Hindi Belanda mulai menaruh perhatian kepada sekolah itu. Raden Dewi Sartika dihadiahi Bintsng Perak oleh pemerintah Hindia Belanda.

          Selama Perang Dunia I, sekolah keutamaam istri menghadapi kesulitan, tetapi berkat kerja keras Raden Dewi Sartika bersama suaminya, sekolah itu tetap dapat berjalan lancer. Dua orang nyonya berkebangsaan belanda, yakni nyonya tydeman dan nyonya hillen menulis surat kepada pemerintah Hindia Belanda, agar membantu sekolah itu. Pada tahun 1929, pemerintah hindia belanda, mendirikan sebuah gedung yang layak untuk sekolah keutamaan istri. Kemudian sekolah itu barubah nama menjadi Sekolah Raden Dewi.

          Pada tanggal 11 Juli 1939, diadakan perayan ulang tahun sekolah yang ke 35 yang diadakan secara besar – besaran. Dan dihadiri nyonya Residen, dan pejabat tinggi setempat. Tak lama kemudian, yakni pada tanggal 25 Juli 1939, suami Raden Dewi Sartika meniggal dunia, namun Raden Dewi Sartika tetap meneruskan tugasnya.
          Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Belanda berusaha untuk kembali menjajah Indonesia, pertempuran sering terjadi di Bandung dan bandung tak aman lagi. Ketika itu Raden Dewi Sartika berusia 63 tahun. Ia mencintai bangsa Indonesia merdeka dan bersimpati terhadap pejuang – pejuang Indonesia. Karena ia turut mengungsi ke Ciparay, kemudian ke Garut, karena ia tak mau bekerja sama dengan Belanda.

          Karena selalu berpindah – pindah dalam pengungsian, Raden Dewi Sartika jatuh sakit di Cinean. Pada tanggal 11 september 1947, Raden Dewi Sartika meniggal dunia. Pemerintah republic Indonesia, dengan SK. Presiden Ri menganugerahkan  gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepada Raden Dewi Sartika.

kue brownies moka


 Kue Brownies Moka


Bahan Kue Brownies Moka:

    100 gram margarine  
    75 gram gula pasir
    100 gram cokelat masak putih
    20 gram susu bubuk
    1 sendok teh pasta moka 
    ½ sendok teh baking powder
    75 gram selai kacang krimi
    2 butir telur
    60 gram tepung terigu protein sedang
    25 gram kacang tanah kupas, disangrai, dicincang kasar
    25 gram kacang tanah, dicincang kasar untuk taburan

Cara Membuat Kue Brownies Moka:

    Panaskan margarine. Matikan api. Tambahkan potongan cokelat masak putih. Aduk sampai larut. Masukkan pasta moka dan selai kacang krimi. Aduk rata. Sisihkan dan biarkan kental.
    Kocok telur dan gula pasir 2 menit sampai rata.
    Tambahkan campuran cokelat masak putih sambil dikocok rata. Masukkan tepung terigu, susu bubuk, baking powder sambil diayak dan diaduk rata. Tambahkan kacang tanah cincang. Aduk rata.
    Tuang ke Loyang brownis 24x10x4 cm yang dioles margarine dan dialas kertas roti. Tabur kacang.
    Oven 40 menit dengan api bawah, suhu 180 derajat Celsius sampai matang.

Senin, 24 September 2012

bahaya minuman beralkohol

alkohol berkhasiat menekan aktivitas susunan saraf pusat. dalam jumlah sedikit akan mempengaruhi pusat pengendalian diri di otak dan berkhasiat seolah-olah sebagai perangsang susunan saraf.
meminum minuman keras dalamjumlah yang banyak mengakibatkan peminum akan jalan sempoyongan, berbicara menjadi tidak jelas.