Sahabat
adalah orang yang selalu ada buat kita saat suka maupun duka. Sahabat selalu
memberikan motivasi untuk kita. Namun terkadang sahabat bisa berubah menjadi
angin yang hanya datang dan pergi sesukanya.
Saat itu
aku adalah siswi kelas 3 di salah satu SMA negeri di desaku. Aku telah
bersahabat dengan U, T, dan A sejak kelas 3 SMA. Kami selalu menjalani
hari-hari bersama. Kemanapun dan dimanapun selalu bersama. Bahagia dan sedih
selalu kami lalui bersama. Mereka adalah sahabat yang sangat aku sayangi
begitupun mereka selalu menyayangi ku. Aku bahagia dan aku beruntung mempunyai
sahabat seperti mereka. Mereka begitu baik padaku. Apalagi orang tua mereka
sudah menganggap aku sebagai anak mereka.
Terkadang,
aku juga merasa jengkel dengan sikap dan tingkah laku mereka yang aku merasa
bahwa mereka tak memahami diriku. Aku pernah marah kepada mereka hanya karena
masalah kecil. Itu semua karena aku masih sulit untuk mengikhlaskan. Saat itu,
aku tak mau bersama mereka. Aku hanya berdiam diri dikelas sambil bersedih dan
merenungkan apa yang terjadi padaku. Dan aku tahu itu adalah kesalahanku yang
mungkin terlalu egois. Dan setelah beberapa lama, akupun menyesali kemarahanku
dan meminta maaf kepada mereka. Kami kembali tertawa bersama menjalani hari
yang penuh keceriaan.
Pada
suatu hari, perpisahan menghampiri kami. Hari kelulusan sekolah, ya, itulah
terakhir kali kami bertemu. Tapi, kami masih selalu berhubungan melalui alat
komunikasi. Setelah hari kelulusan, satu-persatu dari mereka pergi meninggalkan
aku, desa ini, kota ini. Mereka pergi ke seberang pulau jawa untuk melanjutkan sekolah
ke jenjang yang lebih tinggi. Dan aku dan satu teman ku T tetap tinggal disini.
Aku kuliah disalah satu Universitas negeri di Jambi dan temanku T memutuskan
untuk bekerja. Hari demi hari kulalui tanpa mereka. Bahkan sahabat ku yang
tinggal disini pun tidak begitu dekat denganku lagi. Dia lebih sering bersama
teman lamanya. Aku sangat sedih kenpa sahabat bisa berubah secepat itu jika tak
ada lagi komunikasi yang baik. Namun aku tak boleh berprasangka buruk dan
menyalahkan dia. Mungkin itu semua karena aku yang tak selalu ada buat dia.
Hari
lebaran telah tiba, aku merayakannya dengan keluargaku. Dan akupun mengunjungi
guruku hanya seorang diri tanpa teman. Karena sahabat yang kuharapkan untuk
menemani diriku tak kunjung pulang dari pulau jawa. Bahkan T pun tak mau diajak
mengunjungi rumah guru dengan alasan malu karena dia tidak melanjutkan sekolah.
Menurutku itu salah. Kita sebagai siswa yang telah dididik oleh guru,
seharusnya menunjukkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya. Karena tanpa
mereka kita tidak dapat memiliki ilmu untuk bekal kehidupan.
Hari demi
hari lebaran aku menunggu teman-teman dan sahabatku yang kuharapkan mengunjungi
rumahku untuk bersilaturahmi. Namun, apa yang terjadi? Hanya sedikit yang
datang ke rumahku. Bahkan sahabat yang kuharapkan juga tak kunjung datang. Aku sangat
sedih. Aku seperti pungguk merindukan bulan, menngharapkan seseorang yang
takkan pernah datang. Aku terima semua ini dengan lapang dada. Dan aku doakan semoga
mereka bahagia dengan pilihan mereka. Semoga kita masih dipertemukan lagi suatu
saat nanti.
-DA-